Jakarta – Prof. A. Teuw, Guru Besar Sastra Indonesia, menyatakan bahwa karya sastra tidak jatuh dari langit atau tidak lahir dari kekosongan budaya. Karya sastra harus dipandang sebagai anak zamannya yang mengutarakan corak kehidupan, cita cita, ide, kreativitas dan perilaku masyarakatnya. Sebagai media, karya sastra dalam hakikatnya adalah interpretasi dalam kehidupan. Dalam artian, kehadiran karya sastra, baik puisi mau pun prosa, selalu memiliki latar belakang yang menjadi penyebab atau sumber inspirasi bagi si pengarang dalam proses kelahiran karya tersebut. Padahal sesungguhnya, bahasa (ekspresi kata, prasa, ungkapan dan kalimat) tidak mungkin muncul dengan sendirinya tanpa latar belakang pemikiran tertentu.
Dalam menulis sebuah karya, si penulis pasti memiliki tendensi atau tujuan yang hendak disampaikan melalui ungkapan bahasa. Dengan demikian, saya dapat menyatakan bahwa penggunaan bahasa (language) dan kehadiran karya sastra (literatur) tidak bisa terlepas dari konteks sosial budaya si pengarangnya.
Dalam dunia kesusastraan hal itu dapat dikatakan, karya sastra tidak jatuh dari langit begitu saja, atau karya sastra tidak lahir dari kekosongan budaya.
Dalam keterangannya, Kamis 11 Agustus 2022, Norman Alfarizy mengatakan, begitu juga ketika karya sastra lahir di bulan kemerdekaan, pasti temanya tidak bisa lepas dari kemerdekaan. Baik itu kemerdekaan individual mau pun kemerdekaan sosial.
Sebagai contoh, Novel yang berjudul ‘Merdeka’ karya Putu Wijaya. Sudah barang tentu novel ini bernafaskan kemerdekaan. Meskipun kemerdekaan individual yang disuarakan, namun cukup mewakili pemikiran anak muda yang ingin terbebas dari kungkungan, sistem, tatanan sosial, dan budaya konvensional, tambahnya.
Lebih lanjut, Norman Alfarizy mengaku bahwa dirinya sangat terwakili olleh ide ide, gagasan gagasan, dan pesan yang hendak dituangkan dalam novel ‘Merdeka’ karya Putu Wijaya tersebut.
Katanya lagi, Novel ini menggambarkan sosok anak muda yang berjiwa merdeka tidak pernah surut dari rintangan dan halangan. Ia kalah, tapi tidak menyerah, pungkasnya.